GENERASI REFRIGERAN dari WAKTU ke WAKTU

Air Conditioner (AC) telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, memberikan kenyamanan udara yang sangat dibutuhkan, terutama di iklim panas dan lembap. Di balik kemampuan AC untuk mengubah ruangan yang gerah menjadi sejuk, terdapat komponen kunci yang bekerja tanpa henti dia adalah refrigeran atau yang awam dikenal sebagai freon. Gas inilah yang menjadi agen vital dalam siklus pendinginan, bertugas menyerap panas dari dalam ruangan dan melepaskannya ke luar, sesuai dengan prinsip kerja termodinamika.



Sejak ditemukannya AC modern, jenis refrigeran yang digunakan terus mengalami evolusi. Awalnya, senyawa seperti Chlorofluorocarbons (CFC) dan kemudian Hydrochlorofluorocarbons (HCFC) sangat populer karena efektivitasnya. Namun, seiring dengan meningkatnya kesadaran global akan isu lingkungan khususnya penipisan lapisan ozon dan pemanasan global dunia industri pendinginan dipaksa untuk bergeser menuju refrigeran yang lebih ramah lingkungan.

Apa saja jenis refrigeran gas yang digunakan dalam sistem AC, mulai dari generasi terdahulu hingga yang paling mutakhir. Bagaimana sifat kimia setiap jenis, seperti R-22, R-410A, dan R-32, memengaruhi efisiensi pendinginan dan, yang paling krusial, dampak lingkungannya. Pemahaman yang mendalam mengenai "darah" pendingin dalam sistem AC ini sangat penting, baik bagi konsumen, teknisi, maupun pembuat kebijakan, dalam upaya bersama menuju teknologi pendinginan yang efisien dan berkelanjutan.

 

Awal Mula Ditemukannya Refrigeran dari Bahan Beracun Menjadi "Gas Ajaib"

Perjalanan penemuan refrigeran, zat kimia yang menjadi inti dari setiap sistem pendingin, adalah kisah tentang pencarian senyawa yang ideal efisien, stabil, dan aman bagi manusia. Refrigerasi mekanis, yang menjadi dasar AC, mulai dikembangkan secara serius pada pertengahan abad ke-19, jauh sebelum AC modern ditemukan oleh Willis Carrier pada tahun 1902.

 

A. Zat Pendingin Generasi Awal Berbahaya dan Beracun

Sebelum adanya refrigeran sintetis yang dikenal saat ini, para ilmuwan dan penemu menggunakan berbagai bahan kimia alami yang menunjukkan kemampuan menyerap panas dengan baik melalui proses penguapan. Zat-zat ini adalah cikal bakal refrigeran, meskipun penggunaannya penuh risiko:

  • Eter Dietil (Diethyl Ether): Mesin pendingin praktis pertama yang dipatenkan oleh Jacob Perkins pada tahun 1834 di London menggunakan eter sebagai zat pendingin.
  • Amonia : Amonia, yang pertama kali digunakan sebagai refrigeran pada tahun 1873, memiliki sifat termodinamika yang sangat baik (sangat efisien dalam mendinginkan). Namun, amonia dikenal beracun dan memiliki bau menyengat, sehingga membatasi penggunaannya di instalasi industri besar saja, bukan untuk rumah tangga.
  • Karbon Dioksida dan Sulfur Dioksida Bahan-bahan ini juga digunakan. Karbon dioksida memerlukan tekanan operasi yang sangat tinggi, sementara sulfur dioksida sangat korosif dan beracun.

Bencana sering terjadi akibat kebocoran refrigeran ini. Kejadian fatal di lemari pendingin rumah tangga dan fasilitas umum pada tahun 1920-an menyoroti kebutuhan mendesak akan zat pendingin yang non-toksik dan non-flamabel (tidak mudah terbakar).

 

B. Penemuan "Freon" (CFC): Revolusi Thomas Midgley Jr.

Titik balik terbesar dalam sejarah refrigeran terjadi pada akhir tahun 1920-an.

Atas permintaan perusahaan yang mencari alternatif yang lebih aman, ahli kimia Amerika bernama Thomas Midgley Jr. (bekerja di General Motors) pada tahun 1928 berhasil mengembangkan kelompok senyawa kimia baru yang disebut Chlorofluorocarbons (CFC).

Refrigeran CFC yang paling terkenal adalah R-12 (Dichlorodifluoromethane). Keberhasilan R-12 terletak pada sifat-sifatnya yang luar biasa:

  • Non-toksik (Tidak beracun)
  • Non-flamabel (Tidak mudah terbakar)
  • Sangat stabil
  • Efektif dalam mendinginkan.

Senyawa CFC ini kemudian dipasarkan dengan merek dagang Freon oleh perusahaan DuPont. Penemuan Freon R-12 benar-benar merevolusi industri pendinginan dan AC. Refrigeran yang aman dan efisien ini memungkinkan produksi massal kulkas dan AC rumah tangga yang terjangkau, mengantarkan era kenyamanan termal modern. Refrigeran R-12 dan versi berikutnya, R-22 (kelompok HCFC, digunakan secara luas di AC), menjadi standar industri selama lebih dari setengah abad. Sayangnya, baru pada pertengahan tahun 1970-an, ilmuwan menyadari adanya konsekuensi lingkungan yang mengerikan dari senyawa "ajaib" ini, yang kemudian memicu evolusi refrigeran ke tahap selanjutnya.

 

Perkembangan menuju R-22 (HCFC) Era Transisi Keamanan dan Efisiensi

Setelah keberhasilan Chlorofluorocarbons (CFC) seperti R-12 pada tahun 1930-an, industri pendinginan terus mencari senyawa yang optimal. Penemuan refrigeran R-22 menandai sebuah evolusi penting, memperkenalkan kategori kimia baru yang menjadi tulang punggung pendinginan selama beberapa dekade.

 

A. Senyawa Baru Hydrochlorofluorocarbons (HCFC)

Refrigeran R-22, yang memiliki nama kimia Chlorodifluoromethane, termasuk dalam kelompok senyawa yang dikenal sebagai Hydrochlorofluorocarbons (HCFC).

Meskipun R-22 ditemukan pada periode yang sama dengan CFC (sekitar tahun 1930-an, sebagai bagian dari rangkaian produk refrigeran Freon dari DuPont), penggunaannya meluas seiring kebutuhan akan refrigeran yang lebih efisien untuk aplikasi tertentu, terutama pada unit AC perumahan dan komersial skala kecil hingga menengah.

 

Keunggulan R-22 pada Masanya:

  • Efisiensi Tinggi: R-22 dikenal memiliki kapasitas pendinginan yang sangat baik (Cooling Index), membuatnya sangat efektif untuk digunakan pada sistem AC, terutama di daerah beriklim tropis.
  • Tekanan Operasi: Senyawa ini bekerja pada tekanan operasi yang lebih rendah dibandingkan beberapa refrigeran modern, yang membuatnya kompatibel dengan desain kompresor AC yang lebih sederhana dan lebih murah pada masanya.
  • Pengganti R-12: Meskipun tidak menggantikan R-12 sepenuhnya secara langsung, R-22 menjadi refrigeran pilihan utama dalam sektor AC karena kinerjanya yang superior di lingkungan suhu tinggi.

B. Senyawa Baru Hydrochlorofluorocarbons (HCFC)

Tekanan kerja standar untuk refrigeran R-22 pada sistem pendingin udara (AC) bervariasi tergantung pada sisi sistem (tekanan rendah atau tinggi) dan kondisi lingkungan, tetapi umumnya berada dalam kisaran berikut:

 

Sisi Sistem

Satuan Tekanan (Gauge Pressure)

Keterangan

Tekanan Rendah (Evaporator / Suction)

70 – 80 psi

Tekanan saat R-22 menyerap panas di dalam ruangan.

Tekanan Tinggi (Kondensor / Discharge)

160 – 250 psi

Tekanan saat R-22 melepaskan panas di luar ruangan.

 

Detail Penting Mengenai Tekanan R-22:

Tekanan Normal (Suction): Angka 70–80 psi (pound per square inch gauge) adalah nilai acuan yang paling umum digunakan oleh teknisi AC untuk sistem AC split rumah tangga yang menggunakan R-22.

Variasi: Tekanan kerja yang tepat sangat dipengaruhi oleh:

Suhu Luar Ruangan: Semakin panas suhu udara di luar, tekanan sisi tinggi (kondensor) akan cenderung semakin tinggi.

Beban Pendinginan: Tekanan akan sedikit lebih tinggi (mendekati 80 psi) saat AC bekerja keras (beban puncak) dan lebih rendah (mendekati 70 psi) saat beban rendah.

Jenis Unit: Tekanan dapat berbeda untuk unit AC rumah tangga, kulkas, freezer, atau chiller industri.

Dasar Pengisian Ulang: Meskipun teknisi menggunakan tekanan sebagai panduan, cara yang paling akurat untuk menentukan jumlah refrigeran yang benar adalah dengan mengacu pada arus listrik (ampere) yang tertera pada name plate unit dan berat refrigeran sesuai spesifikasi pabrik.

 

C. Kontroversi Lingkungan “Benang Merah R-22”

Pada awalnya, HCFC seperti R-22 dianggap sebagai perbaikan dari CFC (R-12) karena adanya atom Hidrogen dalam strukturnya. Hidrogen membuat senyawa ini sedikit kurang stabil, sehingga sebagian kecil dari gas ini akan terurai di atmosfer bawah sebelum mencapai stratosfer.

Namun, pada pertengahan 1970-an, ilmuwan Mario Molina dan Sherwood Rowland memublikasikan penelitian yang menunjukkan bahwa baik CFC maupun HCFC khususnya atom Klorin (Cl) yang ada di dalamnya adalah katalis yang sangat merusak lapisan ozon di stratosfer.

Potensi Perusakan Ozon (ODP): Meskipun R-22 memiliki nilai ODP yang jauh lebih rendah daripada R-12, nilainya tetap tidak nol (sekitar 0.05). Artinya, R-22 masih berpotensi merusak lapisan ozon.

Potensi Pemanasan Global (GWP): Selain ozon, R-22 juga memiliki nilai GWP yang tinggi (sekitar 1810 kali lipat Karbon Dioksida). Ini menjadikannya gas rumah kaca yang kuat.

Kesadaran ini akhirnya memicu lahirnya Protokol Montreal pada tahun 1987, sebuah perjanjian internasional yang mewajibkan negara-negara untuk menghentikan produksi dan penggunaan bahan perusak ozon, termasuk R-22. Sejak saat itu, R-22 telah secara bertahap dihapuskan (phase-out) secara global, mendorong industri untuk beralih ke generasi refrigeran selanjutnya: Hydrofluorocarbons (HFC), yang akan dibahas pada bagian berikutnya.

 

Era Pasca R-22 adalah masa Transisi ke HFC dan Pencarian Refrigeran Generasi Keempat

Setelah Protokol Montreal (1987) mengidentifikasi CFC sebagai perusak ozon utama, dan kemudian memperluas pembatasan ke HCFC (seperti R-22) karena ODP-nya yang masih ada, industri pendinginan memasuki fase transisi yang kompleks. Fokus beralih ke refrigeran yang memiliki ODP nol.

 

A. Generasi Ketiga: Hydrofluorocarbons (HFC)

Untuk menggantikan R-22, industri beralih ke senyawa baru yang disebut Hydrofluorocarbons (HFC). HFC hanya terdiri dari hidrogen (H), fluor (F), dan karbon (C), dan yang terpenting, tidak mengandung Klorin (Cl).

Ketiadaan atom Klorin membuat HFC memiliki Potensi Perusakan Ozon (ODP) sama dengan nol (ODP = 0) menjadikannya solusi yang aman untuk lapisan ozon.

 

R-410A: Pengganti Langsung R-22

Refrigeran HFC yang paling populer dan pertama kali digunakan secara luas sebagai pengganti R-22 di sektor AC adalah R-410A (dipasarkan sekitar tahun 1990-an).

  • Komposisi: R-410A adalah campuran azeotropik (perbandingan tetap) dari R-32 (Difluorometana) dan R-125 (Pentafluoroetana).
  • Perubahan Sistem: Berbeda dengan R-22, R-410A beroperasi pada tekanan yang jauh lebih tinggi (sekitar 130–140 psi pada sisi isap), sehingga membutuhkan desain kompresor, pipa, dan komponen sistem yang lebih kuat dan spesifik.
  • Minyak Pelumas: R-410A harus menggunakan minyak pelumas sintetis baru (Polyol Ester Oil atau POE Oil), yang berbeda dengan oli mineral yang digunakan pada R-22.

Masalah Lingkungan yang Baru: Meskipun R-410A menyelamatkan lapisan ozon, ia memiliki Potensi Pemanasan Global (GWP) yang sangat tinggi (sekitar GWP = 2.088). Hal ini berarti R-410A adalah gas rumah kaca yang sangat kuat, menyebabkan munculnya kebutuhan akan refrigeran generasi berikutnya.

 

B. Generasi Keempat Menargetkan GWP Rendah

Ancaman pemanasan global akibat HFC yang tinggi, khususnya R-410A, mendorong lahirnya Amandemen Kigali terhadap Protokol Montreal pada tahun 2016. Amandemen ini bertujuan untuk mengurangi produksi dan konsumsi HFC secara bertahap.

Hal ini mempercepat pengembangan refrigeran generasi keempat dengan GWP yang jauh lebih rendah, yang dikenal sebagai HFO (Hydrofluoroolefins) atau senyawa HFC murni yang efisien.

R-32: Refrigeran Transisi Utama

R-32 (Difluorometana) adalah refrigeran yang menjadi pilihan utama di banyak negara (termasuk Indonesia) untuk AC rumah tangga modern.

Klasifikasi: R-32 adalah bagian dari kelompok HFC, tetapi memiliki GWP yang jauh lebih rendah daripada R-410A (GWP =  675, sekitar sepertiga dari R-410A).

Efisiensi: R-32 memiliki efisiensi termodinamika yang lebih baik dan kapasitas pendinginan yang lebih tinggi dibandingkan R-410A.

Flamabilitas Ringan: R-32 diklasifikasikan sebagai refrigeran dengan tingkat kemudahan terbakar yang ringan (A2L). Meskipun dianggap aman untuk penggunaan rumah tangga dengan penanganan yang tepat, sifat ini menuntut perhatian khusus selama instalasi dan perbaikan.

 

Refrigeran Alami (Alternative Solutions)

Di samping senyawa sintetis, refrigeran alami juga kembali dipertimbangkan untuk penggunaan yang lebih luas, terutama karena ODP = 0 dan GWP yang sangat rendah.

Hidrokarbon (HC) seperti R-290 (Propana): Memiliki ODP nol dan GWP sangat rendah (GWP ≈ 3). Banyak digunakan pada kulkas dan freezer, dan kini mulai dipertimbangkan untuk AC kecil. Namun, HC sangat mudah terbakar (flammable), sehingga pengisiannya harus sangat dibatasi dan sistem harus dirancang khusus untuk keselamatan.

R-744 (Karbon Dioksida): Digunakan kembali dalam sistem pendingin industri dan transportasi tertentu, meskipun memerlukan tekanan operasi yang sangat tinggi.

Perkembangan refrigeran terus berlanjut hingga hari ini, dengan fokus utama pada mengurangi GWP secara signifikan (sering disebut low-GWP refrigerants) untuk mencapai tujuan iklim global.

Perkembangan yang sangat penting dalam evolusi refrigeran setelah R-22, khususnya dalam upaya untuk memenuhi standar lingkungan yang semakin ketat

Generasi Selanjutnya Hydrofluoroolefins (HFO)

Setelah sukses dengan refrigeran HFC (seperti R-410A dan R-32) yang memiliki ODP nol, fokus industri bergeser sepenuhnya untuk mengatasi masalah Potensi Pemanasan Global (GWP). Hal ini memunculkan generasi keempat refrigeran, yaitu Hydrofluoroolefins (HFO).

HFO adalah langkah besar karena mereka dirancang untuk terurai jauh lebih cepat di atmosfer, menghasilkan nilai GWP yang sangat rendah, bahkan mendekati nol.

A. R-1234yf dan R-1234ze Masa Depan GWP Ultra-Rendah

Senyawa HFO seperti R-1234yf dan R-1234ze (beserta berbagai campurannya) adalah yang saat ini menjadi fokus penelitian dan penerapan di seluruh dunia.

Refrigeran HFO

Klasifikasi

ODP

GWP (sekitar)

Aplikasi Utama

R-1234yf

HFO

0

≈ 4

AC mobil (pengganti R-134a)

R-1234ze

HFO

0

1

Chiller besar, pendingin industri

R-454B

Campuran (HFO/HFC)

0

≈ 466

Pengganti R-410A dengan GWP lebih rendah

 

Karakteristik Utama HFO

GWP Ultra-Rendah: Ini adalah keunggulan utama. Nilai GWP HFO hampir sama dengan CO2 (GWP = 1), yang menjadikannya solusi jangka panjang yang paling ramah iklim.

ODP Nol: Sama seperti HFC, HFO tidak mengandung Klorin, sehingga aman bagi lapisan ozon.

Flamabilitas: Banyak refrigeran HFO dan campurannya diklasifikasikan sebagai A2L (mildly flammable atau mudah terbakar ringan), serupa dengan R-32. Ini memerlukan prosedur instalasi dan penanganan khusus untuk memastikan keamanan.

 

B. Kebangkitan Refrigeran Alami (Re-Emergence of Naturals)

Pada saat yang sama, refrigeran alami, yang sudah ada sejak lama, juga mendapatkan daya tarik kembali:

Refrigeran Alami

Nama Kimia

ODP

GWP (sekitar)

Aplikasi Utama

R-290

Propana (Hidrokarbon)

0

≈ 3

AC kecil, kulkas, freezer komersial

R-744

Karbon Dioksida (CO2)

0

1

Sistem industri, pompa kalor, transportasi

R-717

Amonia (NH3)

0

0

Chiller industri besar, gudang beku

 

Refrigeran alami menawarkan solusi terbaik dari sisi lingkungan (GWP sangat rendah/nol), tetapi memiliki tantangan dalam hal kemudahan terbakar (R-290) atau toksisitas dan tekanan kerja yang sangat tinggi (R-717 dan R-744), yang membatasi penggunaannya pada sistem dan lingkungan tertentu.

Evolusi refrigeran menunjukkan pergeseran prioritas:

CFC (R-12) → HCFC (R-22) → HFC (R-410A, R-32) → HFO (R-1234yf, R-454B)

Generasi

Isu Utama yang Diatasi

Dampak Lingkungan yang Tersisa

Contoh  Utama

CFC

(Sangat Beracun/Mudah Terbakar)

ODP Tinggi, GWP Tinggi

R-12

HCFC

ODP Tinggi

ODP Rendah, GWP Tinggi

R-22

HFC

ODP (Diatasi)

GWP Tinggi

R-410A

Low-GWP HFC/HFO

GWP Tinggi (Diatasi)

Flamabilitas Ringan

R-32, R-1234yf

 

Saat ini, sebagian besar pasar AC rumah tangga di Indonesia telah beralih dari R-22 ke R-32, yang dianggap sebagai jembatan menuju solusi GWP ultra-rendah di masa depan.

 

Regulasi Internasional dan Klasifikasi Keamanan

Perkembangan refrigeran setelah R-22 sebagian besar didorong oleh perjanjian internasional yang mengikat negara-negara untuk melindungi lapisan ozon dan mengurangi pemanasan global.

A. Peran Protokol Internasional

    Protokol Montreal (1987) Fokus pada Ozon

Protokol ini mewajibkan penghapusan zat yang merusak lapisan ozon (Ozone-Depleting Substances atau ODS).

Mewajibkan penghapusan CFC (ODP tinggi) dan kemudian HCFC (R-22) (ODP rendah, namun tetap ada).

Tujuan utamanya adalah mengganti refrigeran yang mengandung Klorin (Cl).


Protokol Kyoto (1997) dan Amandemen Kigali (2016) Fokus pada Iklim

Meskipun HFC (seperti R-410A dan R-32) memiliki ODP = 0, mereka memiliki Potensi Pemanasan Global (GWP) yang sangat tinggi.


Amandemen Kigali yang berlaku sejak tahun 2019 bertujuan untuk mengurangi penggunaan HFC secara bertahap (disebut phase-down) untuk memitigasi perubahan iklim.

Amandemen ini secara langsung mendorong industri untuk beralih dari R-410A (GWP ≈  2088) ke R-32 (GWP ≈ 675) dan akhirnya ke HFO (GWP ≈ 1 - 10).

 

B. Klasifikasi Keamanan (ASHRAE)

Seiring dengan pergeseran ke refrigeran GWP rendah, masalah kemudahan terbakar (flammability) menjadi pertimbangan utama, terutama karena banyak alternatif ramah lingkungan adalah refrigeran alami atau HFO yang mudah terbakar ringan.

American Society of Heating, Refrigerating and Air-Conditioning Engineers (ASHRAE) mengklasifikasikan refrigeran berdasarkan Toksisitas (A: Rendah, B: Tinggi) dan Kemudahan Terbakar (1: Tidak Mudah Terbakar, 2L: Mudah Terbakar Ringan, 2: Mudah Terbakar, 3: Sangat Mudah Terbakar).

 

Refrigeran

Klasifikasi ASHRAE

Kemudahan Terbakar

R-22

A1

Tidak Mudah Terbakar

R-410A

A1

Tidak Mudah Terbakar

R-32

A2L

Mudah Terbakar Ringan (Tantangan)

R-290 (Propana)

A3

Sangat Mudah Terbakar (Membutuhkan Desain Khusus)

Faktor keamanan (klasifikasi A2L dan A3) menjadi sangat penting dalam desain sistem pendinginan modern, terutama untuk AC rumah tangga yang menggunakan R-32 dan R-290, untuk memastikan jumlah muatan refrigeran dibatasi dan sistem memiliki ventilasi yang memadai.

 

Tantangan dan Solusi Retrofit

Transisi dari R-22 tidak hanya melibatkan produksi unit baru, tetapi juga penanganan jutaan unit AC dan sistem pendingin lama yang masih menggunakan R-22 (sering disebut existing fleet).

Retrofit adalah proses mengganti refrigeran lama (misalnya R-22) di dalam sistem pendingin yang sudah ada dengan refrigeran alternatif baru.

 

A. Alasan Perlunya Retrofit

Ketika produksi R-22 dihentikan (sesuai phase-out Protokol Montreal), pasokan R-22 baru menjadi langka dan harganya melonjak. Sistem lama yang mengalami kebocoran (dan perlu diisi ulang) terpaksa harus mencari alternatif.

 

B. Opsi Refrigeran untuk Retrofit R-22

Penggantian R-22 pada sistem lama tidak bisa sembarangan. Refrigeran pengganti harus memiliki karakteristik tekanan dan kompatibilitas oli yang hampir sama.

Beberapa refrigeran yang dikembangkan sebagai solusi drop-in atau near-drop-in (penggantian dengan perubahan minimal) untuk R-22 meliputi:

R-407C (HFC Blend):

Sifat: Campuran HFC dengan tekanan kerja yang relatif mirip dengan R-22.

Tantangan: R-407C adalah campuran zeotropic, yang berarti komponennya dapat menguap pada suhu yang berbeda. Ini membuatnya sulit diisi ulang jika terjadi kebocoran (hanya dapat diisi dalam fase cair). Selain itu, sistem R-22 yang di-retrofit ke R-407C seringkali harus mengganti oli mineral lama dengan oli POE sintetis (karena R-407C tidak kompatibel dengan oli mineral), menambah biaya dan kerumitan.

GWP: Relatif tinggi ($\approx 1774$), menjadikannya solusi transisi jangka pendek.

R-290 (Propana):

Sifat: Refrigeran alami (HC) dengan GWP ≈ 3. Tekanan kerjanya sangat dekat dengan R-22, dan kompatibel dengan oli mineral R-22.

Tantangan: Sangat mudah terbakar (A3). Meskipun teknisnya memungkinkan, retrofit R-22 ke R-290 jarang dilakukan pada AC rumah tangga karena risiko keamanan yang tinggi, sebab AC R-22 lama tidak dirancang untuk menangani refrigeran yang sangat mudah terbakar. Namun, R-290 digunakan pada unit AC baru yang didesain khusus.

Musicool MC-22 yang diproduksi di Indonesia adalah contoh refrigeran hidrokarbon (R-290 atau campurannya) yang dipromosikan sebagai pengganti R-22 dengan biaya energi yang lebih rendah, tetapi selalu memerlukan penanganan profesional karena masalah flamabilitas.

 

C. Pentingnya Konsultasi Profesional

Pada akhirnya, proses retrofit sistem R-22 yang sudah ada ke refrigeran HFC atau HFO sering kali dianggap tidak efektif atau tidak aman dibandingkan mengganti seluruh unit. Oleh karena itu, langkah yang paling direkomendasikan dan paling umum dalam transisi pasca R-22 adalah:


Jika sistem R-22 rusak, ganti seluruh unit dengan AC baru yang menggunakan R-32 atau refrigeran GWP rendah lainnya.

Jika retrofit harus dilakukan, ini harus dilakukan oleh teknisi bersertifikat yang memahami perubahan oli, penyesuaian jumlah refrigeran, dan implikasi keamanan dari refrigeran pengganti yang digunakan.

 

Perbedaan Teknis Kunci (Transisi R-22/R-410A ke R-32)

Perbedaan ini sangat krusial di pasar AC Indonesia karena sebagian besar unit baru kini menggunakan R-32:

Fitur Teknis

R-22 (HCFC)

R-410A (HFC)

R-32 (HFC Generasi Baru)

GWP

Tinggi (≈ 1810)

Sangat Tinggi (≈ 2088)

Rendah (≈ 675)

ODP

Rendah (≈ 0.055)

Nol

Nol

Klasifikasi Keamanan

A1 (Tidak Mudah Terbakar)

A1 (Tidak Mudah Terbakar)

A2L (Mudah Terbakar Ringan)

Tekanan Kerja Sisi Rendah (Suction)

Rendah (70–80 psi)

Tinggi (130–140 psi)

Tinggi (130–140 psi)

Kapasitas Pendinginan

Standar (Indeks 100)

Agak Rendah (Indeks 92)

Sangat Tinggi (Indeks 160)

Jenis Oli yang Digunakan

Oli Mineral (MO)

Oli Sintetis (POE)

Oli Sintetis (POE)

Status di Indonesia

Phase-out (Dilarang untuk unit baru)

Transisi (Mulai digantikan R-32)

Refrigeran Standar Baru

 

Implikasi Praktis dari Penggunaan R-32:

Efisiensi: R-32 memiliki efisiensi pendinginan yang lebih tinggi, memungkinkan unit AC menghasilkan dingin yang sama dengan jumlah refrigeran (dan terkadang daya listrik) yang lebih sedikit.

Keamanan Instalasi: Karena R-32 adalah A2L (mudah terbakar ringan), teknisi harus mengikuti prosedur keselamatan yang ketat saat instalasi atau perbaikan (misalnya: tidak boleh ada sumber api terbuka di area pengelasan, dan harus ada ventilasi yang baik).

Tidak Boleh Dicampur: R-32, R-410A, dan R-22 tidak boleh dicampur dalam sistem. Selain perbedaan tekanan, perbedaan jenis oli dan sifat kimianya akan merusak kompresor.

Alat Kerja Khusus: Teknisi harus menggunakan manifold gauge dan vacuum pump yang dirancang untuk tekanan kerja tinggi HFC (R-410A/R-32), bukan hanya peralatan lama untuk R-22.

 

Diskripsi :

R-22 adalah refrigeran AC lama dengan tekanan kerja isap 70–80 psi. Dihapus global karena merusak ozon (ODP) & GWP tinggi. Diganti R-32/R-410A.

 

Perawatan melalui service AC terdekat

Melayani Pemasangan/Instalasi AC, Jual-Beli AC, Tukar-tambah AC

Note : Artikel disaring dari sumber WikipediaGoogleAmin Cool TeknikTeknisi ACGoogle Gemini

 

Mohon Maaf apabila ada salah dalam tulisan ini bukan bermaksud mengajari hanya ingin berbagi, silahkan ambil yang baik buang yang tidak baik

 

( Dukung kami di Youtube dengan subscriber tanpa like dan share )

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar